Apa yang Salah dengan Menjadi Lucinta Luna?
Udah 2 tahun belakangan ini, nama Lucinta Luna mencuat, jadi
perbincangan banyak orang. Banyak kontroversi dibuatnya. Dari mulai isu operasi
kelamin, ganti nama, pernah bobo-bobo syantik dengan banyak lelaki, mengaku
banyak uang, waah pokoknya banyak deh. Sampai satu yang menarik perhatian gw,
yaitu di mana dia menjauhi teman-teman masa lalunya. Dia blok semua akses
dengan teman-teman lamanya, dari mulai berjenis kelamin waria, atau pria dan
wanita seutuhnya. Satu hal yang menurut gw memang menyebalkan, tapi sangat
beralasan.
Berdasarkan gossip yang beredar, LL ini dulunya adalah
seseorang yang sangat tidak mampu, bahkan banyak yang mencemooh dia ini
sebenernya adalah orang yang miskin. Lahir dari keluarga tidak mampu, ternyata
gak membuat dia bahagia. Mungkin, dia bercita-cita menjadi kaya dan memiliki
kehidupan yang lebih baik. Menurut anabel (analisa gembel) gw, dengan tercapainya
cita-cita dia tersebut membuat dia memiliki suatu kepuasan akan suatu
pencapaian terbesarnya. Membuat dia gak mau mengenang kenangan buruk yang dia punya
– fisiknya yang masih laki-laki, kemudian oplas kelamin, oplas muka, oplas
payudara, dan lain-lain – yang kemudian dia coba kubur dengan cara memblok
semua teman dan circle masa lalunya.
Sebenernya, kenapa sih gw bikin tulisan ini? Kenapa jadi
membahas Lucinta Luna? Gw ngefans banget sama LL ini?
Oh, Dear, no. Gw bukan fans LL, pun tidak mendukung semua
kontroversi yang dia buat. Cuma ada satu hal yang menarik perhatian gw, yaitu
cara dia melupakan masa lalunya.
Ada banyak alasan orang melupakan masa lalu. Tapi gw
percaya, kenapa orang bersikeras mencoba kabur dari masa lalunya adalah karena
kenangan tersebut buruk, sehingga membuat orang merasa gak nyaman dengan
mengingat yang ada di masa lalunya. Misalnya nih, kita kehilangan seseorang
yang sangat kita sayang, dan ada suatu barang yang mengingatkan kita akan orang
tersebut plus rasa sakit karena kehilangan orang tersebut. Apakah kita rela
terus-terusan melihat barang orang tersebut? Kalau iya, sampai berapa lama kita
menyimpannya? Setahun, 2 tahun? Apa kita rela berkubang di pusaran kesedihan
lama-lama, dan pada akhirnya kita menyadari bahwa hidup harus terus berjalan
dan harus diimbangi dengan kebahagiaan?
Menurut pengalaman gw, pada akhirnya orang akan menjauhi
hal-hal yang membuatnya bersedih, cepat atau lambat. Kita punya pilihan itu dan menurut gw pribadi, gak ada yang salah dengan hal itu. Memang nyebelin kalo tau-tau temen ngilang tanpa alasan, terkesan gak mau berkawan lagi. Tapi hey, kita gak tau apa yang ada di hatinya ketika dia sama kita. Sedihkah, bahagiakah? Nyamankah?
Ada baiknya kita berkaca. Apakah kita seseorang yang menyenangkan? Kalau lingkungan sudah memvalidasi kita orang yang menyenangkan -gak ada musuh, kebanyakan orang nyaman sama kita- tapi ada orang yang mau menghindar dari kita, yasudah lepasin aja. Seperti yang gw bilang, kita gak tau bagaimana sejatinya orang lain melihat kita, dan bukan tugas kita membuat semua orang menyukai kita.
Jadi konklusinya adalah, kalau kamu di posisi Lucinta Luna dengan kondisi sedang membangun kehidupan dan image baru, gak ada yang salah dengan itu selama kamu tidak merugikan orang lain. Kalau kamu di posisi bekas teman-teman Lucinta Luna, gak ada yang salah juga sama kamu. Mungkin teman kamu gak ingin ada kamu karena punya kenangan yang bikin gak nyaman. Accept it and move on. It simply you don't fit each other and you both deserve to be HAPPY.
Comments
Post a Comment