Pak Jasmin dari Selat Sunda
Pak Jasmin namanya.
Pada tahun 2016, gw mendapat tugas untuk mengurus outing di kantor lama gw. Setelah mencari berbagai alternatif, muncullah 2 pilihan: Krakatau Trip atau Tanakita Camp. Mulailah gw menghubungi resort, venue dan lainnya.
Karena gw personally lebih suka pantai, maka gw dahulukan untuk Krakatau Trip. Gw riset tempat, aktivitas, dan lain sebagainya. Setelah googling sana-sini, sampailah gw pada kontak salah satu guide tour di sana. Pak Jasmin.
Pak Jasmin menjelaskan panjang lebar tentang aktivitas yang bisa dilakukan di Pantai Carita, Anak Gunung Krakatau dsk. Beliau menawarkan untuk menginap di Kondo Lippo Carita yang terletak di Pantai Sambolo dan dengan sabar, detail dan ramah dia menjelaskan lewat telefon. Ketika gw minta kirim foto-foto pantai dan Kondo Lippo Carita, anak Pak Jasmin kirim via WhatsApp ke gw. Pak Jasmin gak punya WhatsApp, semua komunikasi kami lakukan via telefon dan SMS.
Krakatau trip yang dijelaskan Pak Jasmin antara lain: dari penginapan menuju ke Anak Gunung Krakatau, aktivitas snorkeling ria di sekitar gunung dan kembali ke gunung sesudahnya. Disarankan untuk menyewa sepatu katak. Gw udah bisa membayangkan, betapa fun-nya kegiatan outing di Pantai Sambolo ini. Gw pun bergegas untuk menanyakan ukuran sepatu ke seluruh orang kantor yang akan ikut perjalanan ini. Semua rapi dan terorganisir.
Ketika akhirnya, manajemen kantor gw menunda trip ini (kalau gak mau gw bilang cancel), dan dengan berat hati gw mengabarkan ke Pak Jasmin bahwa kegiatan kantor gw ditunda. Nada suara gw rendahkan karena malu, dan dari nada suaranya, Pak Jasmin pun gak kalah kecewanya. Beliau bertanya, kira-kira kapan akan dilanjutkan? Masih dengan nada satir, gw menjawab, "Belum tahu, Pak. Sekali lagi saya minta maaf karena ini keputusan manajemen kantor. Selanjutnya kalau ada kabar baik, saya pasti akan hubungi Bapak." Dan kabar baik dari gw tidak pernah sampai ke Pak Jasmin, bertahun lamanya.
Tanggal 23 Desember 2018, Indonesia kembali berduka. Setelah beberapa bulan sebelumnya Lombok dan Palu diterjang Tsunami, kali ini Tsunami di Selat Sunda melanda Pandeglang, Carita, Tanjung Lesung dan Lampung Selatan. Indonesia kembali menangis. Bagaimana tidak, kali ini salah satu yang menjadi korban adalah group band Seventeen, di mana 3 personilnya meninggal dunia dan juga istri dari Ifan, sang vokalis. Dan gw pun terhenyak.
Gw ingat bagaimana gw pernah berangan ke Anak Gunung Krakatau, yang dimana karena tangisan dan longsorannya menjadi penyebab Tsunami Selat Sunda hingga menewaskan 420 orang, data sampai dengan tanggal 28 Desember 2018. Gw teringat Pak Jasmin yang pernah membantu gw.
Pada awalnya, gw sangat lupa dengan nama Pak Jasmin ini. Gw lupa di mana akan menginap. Point utama yang gw ingat adalah satu: Krakatau Trip. Setelah beberapa hari gw coba mencari di WhatsApp dengan berbagai keyword, gw akhirnys menemukan clue dengan kata kunci 'Krakatau'. Muncullah perbincangan gw dengan anak Pak Jasmin dan foto-foto penginapan yang dikirim.
Sayangnya, foto-fotonya sudah terhapus jadi gw gak bisa liat lagi.
Setelah gw menemukan chat ini, gw bergegas untuk mencari tahu kondisi kedua tempat ini.
Ya, menurut informasi dari salah dua media terpercaya, kedua wilayah itu rusak berat. Terparah adalah wilayah Sambolo.
Gw lega karena sudah menemukan jawaban bahwa YA, gw memang pernah berencana ke titik bencana ini. Tapi hal lain yang mengusik pikiran gw saat ini adalah: Bagaimana keadaan Pak Jasmin dan keluarganya? Gw sudah coba tes untuk WA anak Pak Jasmin, tapi saat ini masih centang satu. Insha Allah, gw akan coba kirim SMS ke Pak Jasmin di pagi atau siang hari nanti. Kemungkinan akan gw update lagi di blog ini.
Mari kita panjatkan doa untuk saudara-saudara kita yang menjadi korban bencana Tsunami Selat Sunda ini, semoga diterima di sisi Allah yang paling mulia dan semoga kami, bangsa Indonesia selalu diberikan kekuatan dan ketegaran dalam menghadapi ujian dari Allah SWT.
Al-Fatihah.
Pada tahun 2016, gw mendapat tugas untuk mengurus outing di kantor lama gw. Setelah mencari berbagai alternatif, muncullah 2 pilihan: Krakatau Trip atau Tanakita Camp. Mulailah gw menghubungi resort, venue dan lainnya.
Karena gw personally lebih suka pantai, maka gw dahulukan untuk Krakatau Trip. Gw riset tempat, aktivitas, dan lain sebagainya. Setelah googling sana-sini, sampailah gw pada kontak salah satu guide tour di sana. Pak Jasmin.
Pak Jasmin menjelaskan panjang lebar tentang aktivitas yang bisa dilakukan di Pantai Carita, Anak Gunung Krakatau dsk. Beliau menawarkan untuk menginap di Kondo Lippo Carita yang terletak di Pantai Sambolo dan dengan sabar, detail dan ramah dia menjelaskan lewat telefon. Ketika gw minta kirim foto-foto pantai dan Kondo Lippo Carita, anak Pak Jasmin kirim via WhatsApp ke gw. Pak Jasmin gak punya WhatsApp, semua komunikasi kami lakukan via telefon dan SMS.
Krakatau trip yang dijelaskan Pak Jasmin antara lain: dari penginapan menuju ke Anak Gunung Krakatau, aktivitas snorkeling ria di sekitar gunung dan kembali ke gunung sesudahnya. Disarankan untuk menyewa sepatu katak. Gw udah bisa membayangkan, betapa fun-nya kegiatan outing di Pantai Sambolo ini. Gw pun bergegas untuk menanyakan ukuran sepatu ke seluruh orang kantor yang akan ikut perjalanan ini. Semua rapi dan terorganisir.
Ketika akhirnya, manajemen kantor gw menunda trip ini (kalau gak mau gw bilang cancel), dan dengan berat hati gw mengabarkan ke Pak Jasmin bahwa kegiatan kantor gw ditunda. Nada suara gw rendahkan karena malu, dan dari nada suaranya, Pak Jasmin pun gak kalah kecewanya. Beliau bertanya, kira-kira kapan akan dilanjutkan? Masih dengan nada satir, gw menjawab, "Belum tahu, Pak. Sekali lagi saya minta maaf karena ini keputusan manajemen kantor. Selanjutnya kalau ada kabar baik, saya pasti akan hubungi Bapak." Dan kabar baik dari gw tidak pernah sampai ke Pak Jasmin, bertahun lamanya.
Tanggal 23 Desember 2018, Indonesia kembali berduka. Setelah beberapa bulan sebelumnya Lombok dan Palu diterjang Tsunami, kali ini Tsunami di Selat Sunda melanda Pandeglang, Carita, Tanjung Lesung dan Lampung Selatan. Indonesia kembali menangis. Bagaimana tidak, kali ini salah satu yang menjadi korban adalah group band Seventeen, di mana 3 personilnya meninggal dunia dan juga istri dari Ifan, sang vokalis. Dan gw pun terhenyak.
Gw ingat bagaimana gw pernah berangan ke Anak Gunung Krakatau, yang dimana karena tangisan dan longsorannya menjadi penyebab Tsunami Selat Sunda hingga menewaskan 420 orang, data sampai dengan tanggal 28 Desember 2018. Gw teringat Pak Jasmin yang pernah membantu gw.
Pada awalnya, gw sangat lupa dengan nama Pak Jasmin ini. Gw lupa di mana akan menginap. Point utama yang gw ingat adalah satu: Krakatau Trip. Setelah beberapa hari gw coba mencari di WhatsApp dengan berbagai keyword, gw akhirnys menemukan clue dengan kata kunci 'Krakatau'. Muncullah perbincangan gw dengan anak Pak Jasmin dan foto-foto penginapan yang dikirim.
Sayangnya, foto-fotonya sudah terhapus jadi gw gak bisa liat lagi.
Setelah gw menemukan chat ini, gw bergegas untuk mencari tahu kondisi kedua tempat ini.
Source: https://m.cnnindonesia.com/nasional/20181223170223-20-355882/sambolo-desa-mati-di-pandeglang-akibat-diterjang-tsunami
Source: https://m.kbr.id/nasional/12-2018/kesaksian_warga_pandeglang__tsunami_terdengar_seperti_suara_pesawat_jatuh/98518.html
Ya, menurut informasi dari salah dua media terpercaya, kedua wilayah itu rusak berat. Terparah adalah wilayah Sambolo.
Gw lega karena sudah menemukan jawaban bahwa YA, gw memang pernah berencana ke titik bencana ini. Tapi hal lain yang mengusik pikiran gw saat ini adalah: Bagaimana keadaan Pak Jasmin dan keluarganya? Gw sudah coba tes untuk WA anak Pak Jasmin, tapi saat ini masih centang satu. Insha Allah, gw akan coba kirim SMS ke Pak Jasmin di pagi atau siang hari nanti. Kemungkinan akan gw update lagi di blog ini.
Mari kita panjatkan doa untuk saudara-saudara kita yang menjadi korban bencana Tsunami Selat Sunda ini, semoga diterima di sisi Allah yang paling mulia dan semoga kami, bangsa Indonesia selalu diberikan kekuatan dan ketegaran dalam menghadapi ujian dari Allah SWT.
Al-Fatihah.
Comments
Post a Comment